Sudah hampir 2 minggu saya tidak menulis untuk blog ini, mungkin untuk upload tulisan setiap minggunya terhenti karena saya harus menghadapi kenyataan bahwa minggu kemarin saya terkena demam berdarah.
Pengalaman pertama saya terkena demam berdarah dan juga untuk pertama kalinya saya harus rawat inap di rumah sakit, karena biasanya saya yang menemani/menjenguk keluarga. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman yang saya alami sejak 5-11 April 2021.
Berawal dari hari Senin yang cerah dan saya pergi ke suatu mal di Kota Bogor untuk membeli donat dan juga siomay. Saya hanya menghabiskan waktu selama satu jam di mall dan segera pulang dan berganti baju. Namun, entah kenapa ketika menuju sore hari, saya mulai merasakan panas didalam tubuh saya, tetapi saat itu saya ingat kalau saya tidak mengeluarkan keringat sama sekali, jadi hanya panas dalam tubuh dan jika keluarga saya pegang tubuh saya, mereka tidak dapat merasakan panas bahkan menurut mereka saya hanya berguyon saja. Ketika malam tiba, badan saya panas seluruhnya, kaki saya kedinginan dan kepala saya mengalami sakit yang luar biasa. Akhirnya, ibu saya memberikan saya bubur, teh hangat, membalur tubuh saya dengan minyak kayu putih, dan menempelkan koyo di kedua sisi jidat saya.
Sayangnya, hal ini tidak begitu membantu. Semalaman saya tidak bisa tidur, badan saya linu dan pegal-pegal dengan pening di kepala yang belum hilang dari tadi sore. Karena keadaan yang sudah diluar kendali, kedua orang tua saya membawa saya ke klinik 24 jam untuk sekedar mendapatkan obat dan mendengarkan nasihat dari dokter, serta ingin tahu lebih dalam tentang penyakit yang saya alami. Dokter jaga saat itu hanya mengatakan bahwa saya kecapean dan demam, sehingga hanya diberi obat generik untuk mual, lambung, demam, dan radang. Sepulangnya dari klinik, saya merasa agak baikan. Tetapi ini tidak berjalan lama. Sore harinya, saya kembali mengalami panas yang sama seperti hari pertama, bangun dari kasur rasanya sungguhlah berat, dan kepala saya nyeri tiada akhir. Saat itu saya masih optimis bahwa efek obat dokter belum bereaksi dan saya pun mencoba untuk terus makan bubur dan minum teh hangat. Oh iya, saya hampir lupa, sejak hari Senin saya pun belum buang air besar, dan makanan semakin tidak ada rasanya.
Di hari berikutnya pun sama, kondisi saya tidak kunjung membaik, orang tua saya semakin khawatir karena suhu badan saya yang semakin panas dan tak kunjung turun. Sudah mencoba untuk kompres dengan air es tetapi tidak ada hasilnya. Tanpa pikir panjang, pada hari Kamis pagi pukul 09.00 WIB, saya minta untuk dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) di Rumah Sakit Mulia Bogor. Beruntungnya, IGD dalam keadaan sepi dan saya langsung dapat tindakan pertama oleh dokter jaga. Awalnya dokter mengecek tensi saya dan menanyakan perihal keluhan-keluhan saya. Prosedurnya cukup panjang hingga saya harus diambil darah dan di cek lab untuk paru-paru. Proses ini diambil karena melihat keluhan saya serta ditakutkan bahwa saya terpapar Covid-19, karena gejala yang saya alami serupa dengan para penderita Covid-19. Akhirnya, saya pun melakukan tes antigen di rumah sakit, untuk memastikan bahwa saya tidak terkena Covid-19.
Pukul 11.00 WIB akhirnya hasil lab darah sudah keluar dan hasilnya menyatakan bahwa saya terkena demam berdarah dan juga tifus secara bersamaan. Trombosit saya hanya 120.000, normalnya trombosit orang dewasa adalah 250.000-400.000 menurut dokter jaga. Orang tua saya setuju untuk melakukan rawat inap melihat kondisi saya yang sudah lemas dan tidak memungkinkan untuk rawat jalan. Sebelum dibawa ke kamar, saya dipasangkan infus terlebih dahulu, saya kira akan sakit atau ngilu, ternyata tidak sama sekali! Rasanya hanya pegal dan tidak nyaman, karena ada benda yang menempel di tangan anda dan jika anda banyak bergerak maka tangan anda akan merasa lemas, bahkan darah anda dapat keluar lewat selang infusan, sehingga harus berhati-hati.
Setiap harinya selama berada di rumah sakit, saya harus diambil darah setiap pukul 06.00 WIB, lalu sudah disediakan sarapan, biasanya bubur ayam atau bubur kacang hijau. Jam 10.00 diberikan cemilan dan datangnya dokter jaga untuk menanyakan perkembangan selama dirawat, apakah masih ada keluhan atau tidak. Jam makan siang juga dimulai sejak 11.00 WIB, dengan menu yang lebih berat, tentunya dengan buah dan sayur, serta bubur padat. Untuk makan malamnya sendiri, disediakan pada pukul 17.00 WIB, menunya juga makanan berat.
Setiap hari, para suster masuk untuk mengecek denyut nadi, tensi, suhu, dan pengecekan berkala infusan. Selain obat untuk diminum, obat juga dimasukan lewat infusan sehingga infusan diberikan selang tambahan untuk memasukan antibiotik lewat darah. Penggunaan infusan ini menurut saya sangat membantu agar kondisi tetap stabil dan tentunya agar cepat sembuh dan bisa segera pulang.
Tetapi, perjalanan demam berdarah saya tidak semulus yang saya harapkan. Selama beberapa hari, saya harus menerima kenyataan bahwa trombosit saya kian menurun. Sejak hari Kamis, trombosit saya terus menurun, dari 120.000, 63.000, 57.000. Karena semakin mengkhawatirkan, dokter spesialis saya menyarankan untuk melakukan tes darah selama 2 kali dalam sehari, untuk melihat kondisi trombosit saya yang berada dibawah rata-rata. Saya masih ingat sekali rasanya, sikut bagian dalam saya sampai mati rasa karena suntikan yang terus menerus dilakukan oleh suster. Bahkan pembuluh darah saya juga sampai bengkak. Pengambilan darah dilakukan di lengan yang tidak ada infusannya, itu artinya hanya lengan kanan saya saja yang bisa diambil darahnya. Pada hari Sabtu, 10 April 2021, trombosit saya mengalami kondisi terendah yaitu 53.000, tetapi dokter sudah memperkirakannya.
Menurut informasi yang dokter berikan, demam berdarah akan mengalami 3 fase berbeda, yaitu fase demam tinggi yang akan terjadi selama 4 hari pertama, lalu fase keadaan normal namun trombosit terus menurun di hari ke 5 dan 6, lalu fase penyembuhan di hari ke-7 dan seterusnya. Namun, ini semua tergantung kepada kondisi tubuh masing-masing. Bahkan kondisi turunnya trombosit bisa lebih lama dari itu.
Satu-satunya cara agar cepat pulih dari demam berdarah adalah menaikan trombosit. Untuk itu, saya diberi tahu dokter untuk meminum jus jambu merah tanpa tambahan pemanis, setiap harinya. Tidak hanya itu, saya juga membeli obat Cina Fufang Ejiao Jiang (ini diluar saran dokter), yang dipercaya mampu menyembuhkan bermacam jenis penyakit. Penggunaan obat Cina ini tidak bisa sembarangan, obat ini tidak boleh dicampur dengan obat dari dokter, sehingga jika ingin meminum obat ini disarankan meminumnya terlebih dahulu, dan 2 jam setelahnya baru diperbolehkan meminum obat dari dokter.
Efek yang didapatkan setelah meminum jus jambu dan obat itu cukup menaikan trombosit saya dari 53.000 menjadi 57.000 dalam waktu kurang dari 12 jam. Dan keesokan harinya setelah rutin meminum kedua hal tersebut, trombosit saya menembus 64.000 dan dokter pun memperbolehkan pulang. Setelah 4 hari 3 malam di rumah sakit, saya sangat senang bisa kembali bersama keluarga, semua pengobatan saya tanggung sendiri tanpa menggunakan BPJS ataupun asuransi, dikarenakan BPJS saya belum saya perbaharui sehingga tidak dapat digunakan, sangat disarankan untuk menggunakan BPJS karena biaya yang dihabiskan tidak sedikit.
Pengalaman pertama saya rawat inap akhirnya selesai, dengan perasaan campur aduk, akhirnya saya bisa melewati hari-hari di rumah sakit, tentunya terimakasih untuk para tenaga medis yang sudah membantu saya selama masa pengobatan disana. Dan terimakasih demam berdarah sudah membuat awal tahun 2021 saya sangat berkesan, terlebih mendekati bulan puasa.
Jangan Lupa Cek Postingan Sebelumnya!
- Hati-Hati dengan Kasus Penipuan yang Sedang Marak, Gunakan Cara Ini Agar Terhindar Dari Kejahatan!
- Good Food for A Good Mood: Resep Bubur Ini Cuman Butuh 3 Bahan Aja!
- Sunshine and Outdoor: Mini Popolo Bogor
- Get Your Body Healthier With Better Lifestyle
- Ramadhan Kedua Kala Covid, Pengalaman Buka Puasa Bersama yang Tak Ingin Terulang